free counters

Sabtu, 16 April 2011

GARAM DI GUNUNG (mountain salt) Long midang, KRAYAN [kekayaan alam indonesia]




  Pepatah mengatakan garam dilaut dan asam digunung, tapi tidak untuk kampung ane, Long Midang, kec.krayan, kab.nunukan,Kalimantan Timur.
seakan pepatah itu tidak berlaku mengapa karena disana terdapat sumber air asin yang selama ini dijadikan garam yang oleh masyarakat setempat disebut ' Tusu Nado" .
Garam ini memiliki citra rasa dan aroma yang khas. Garam ini sudah dikonsumsi oleh masyarakat Krayan sejak nenek moyang ane sampai sekarang ini.
Bahkan bagi masyarakat sekitar sumur garam air dari sumur ini digunakan untuk memasak sayur/ sajian yang berkuah.

Spoiler for sumurnya garam gunung


Kelebihan dari garam ini dari garam yang biasa terdapat dipasaran yaitu ketika digunakan memasak sayuran hijau,
warna sayur tidak berubah/ tetap berwarna hijau walaupun dimasak dalam jangka waktu yang agak lama.
Makanya jangan harap agan akan menemukan garam-garam pasaran ( garam kota begitu masyarakat menyebutnya) ada didaerah ini. Garam ini ada dua jenis bubuk dan batangan namun dalam citra rasa dan aromanya tetap sama.
Garam ini diproses dengan sangat sederhana yaitu dengan cara memisahkan kadar air dan garamnya dengan cara air asin tersebut dimasak dalam wadah berupa kuali besar sampai airnya mengering dan hanya menyisakan bubuk putih.
Bubuk putih inilah yang disebut Garam Gunung " Tusu Nado" yang berbentuk bubuk. Garam jenis ini biasanya dikemas per 1 kg dalam wadah plastik. garam di jual dengan harga Rp.30rb/kg gan.
Sementara yang batangan diproses dengan cara air garam dimasukan kedalam potongan-potongan bambu lalu dibakar sampai airnya mengering dan menyisakan gumpalan garam yang sudah mengeras yang berbentuk batangan kemudian garam batangan ini dikeluarkan dari bambu tersebut lalu dikemas dalam bungkusan daun.
Proses pengelolahan garam ini tidak pernah berubah gan sejak dahulu sampai sekarang.
Spoiler for proses

Spoiler for proses

Spoiler for proses

Spoiler for proses

Spoiler for ane lagi di tkp gan

Spoiler for video ane di tkp

Spoiler for cerita sejarah garam gunung krayan

Pada jaman dahulu, seorang pemburu di daerah Krayan Hilir masuk hutan untuk memburu. Begitu masuk hutan, pemburu menemukan sasarannya yaitu seekor burung yang dinamankan dalam bahas Lun Dayeh burung “bulud.” Burung ini serupa burung merpati tetapi ukurannya dan bobotnya lebih besar. Sebagaimana kebiasaan masyarakat Lun Dayeh, si pemburu menyumpit sasarannya menggunakan anak sumpit yang telah dibalut dengan racun sumpit yang mana bila terkena sasaran akan mati dalam tempo 3-5 menit setelah terkena sumpitan.

Si pemburu menunggu dan mengintai sasarannya dari jauh. Ternyata sasarannya masih mampu terbang dan akhirnya jatuh di daerah rawa-rawa. Setelah sekian lama mencari dalam rawa-rawa tersebut, si pemburu menemukan burung yang disumpit tadi. Setelah didapat, bulu-bulunya dicabut dan dagingnya dicuci dengan air rawa yang sama. Selesai dibersihkan, si pemburu pulang dan membawa hasil buruannya.

Sesampainya di pondok, dagingnya dibakar dan begitu matang langsung dinikmati. Ternyata rasanya berbeda dengan rasa daging burung biasa. Burung yang satu ini lebih nikmat karena ada rasa asinnya. Sambil menikmati, si pemburu berpikir dan mengingat-ingat kembali kejadian-kejadian saat berburu dan si pemburu telah mencuci daging burung dengan air rawa-rawa di mana burung itu jatuh. Tanpa pikir panjang, si pemburu kembali ke rawa-rawa dan mencicipi sedikit air rawa tersebut. Ternyata benar asal rasa asin pada daging burung itu dari air rawa, yang mana di dalam areal rawa tersebut terdapat air asin.

Sejak kejadian itu, masyarakat Krayan yang sebelumnya tidak mengenal garam menggunakan air itu untuk memasak sayur dan daging. Akhirnya mereka berpikir bagaimana caranya agar air ini bisa dibawa ke mana-mana dalam bentuk bukan air. Maka melalui proses yang panjang, mereka mengetahui bagaimana caranya mengolah air ini menjadi garam seperti yang ada sekarang.”

(sumber cerita sejarah: Masyarakat Krayan Hilir dan Staf Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa, Kabupaten Nunukan)

Garam ini diyakini memiliki kandungan yodium yang cukup karena tidak ditemukan masyarakatnya yang menghidap peyakin kekurangan zat yodium (gondok) .
Garam ini sekarang sudah kita pasarkan di negara sebelah daerah Sabah dan Serawak (Mal*ngsia)
karena kedua daerah ini secara geografis lebih dekat dengan Krayan dan mudah dijangkau melalui transportasi darat dibandingkan daerah/ kota lain Indonesia yang terdekat dari Krayan hanya bisa dijangkau dengan transportasi udara/ pesawat.
Hal inilah yang membuat produk hasil pertanian didaerah Krayan lebih memilih Malaysia sebagai pasarnya daripada pasar dalam negeri sehingga masyarakat Indonesia tidak begitu mengenal produk hasil pertanian di Krayan.
walaupun begitu ane dan orang-orang krayan tetap cinta INDONESIA!


Krayan adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Nunukan, Kalimantan Timur, Indonesia.
Kecamatan Krayan terletak di bagian barat Kabupaten Nunukan dan berbatasan dengan Serawak Malaysia. Terdiri dari 65 desa yang berpusat pemerintahan di Long Bawan, jumlah penduduknya 8.438 jiwa yang sebagian besarnya ialah penduduk asli pedalaman Kalimantan yaitu Suku Dayak Lundayeh.
Perjalanan untuk mencapai kecamatan ini dari Kecamatan Nunukan harus ditempuh melalui transportasi udara melalui penerbangan dari Bandara Nunukan ke bandara perintis Long Bawan.
Kecamatan Krayan merupakan penghasil beras terbesar di Kabupaten Nunukan, yaitu beras adan yang merupakan padi unggul organik, yang banyak dipasarkan ke Malaysia dan Brunei. Daerah ini juga memiliki komoditi unik yaitu garam gunung hasil dari pengolahan sumur air bergaram.
Sebagian wilayah kecamatan ini berupa Taman Nasional Kayan Mentarang yang kaya dengan keanekaragaman hayati. Keaslian alam ini yang berpadu dengan kearifan Suku Dayak dalam mengelola alam menjadikan daerah Krayan sering menjadi pusat penelitian sejumlah lembaga nirlaba internasional dan berpotensi besar menjadi daerah tujuan pariwisata[2].

Krayan, Kecamatan Terpencil

Diapit Gunung Paris dan Yuvai Semaring
Krayan, Kecamatan Terpencil dengan Potensi Wisata dan AlamnyaBenar saja, buktinya satu-satunya sarana transportasi yang bisa digunakan menuju Kecamatan Krayan hanyalah pesawat udara.
Dari Bandara Nunukan, Susi Air sudah siap membawa 11 penumpang tujuan Krayan Selasa (20/4) pagi. Sebenarnya kapasitas 12 orang, tapi seorang penumpang, batal terbang lantaran salah beli tiket. Kok bisa?
Tepat pukul 09.15 Wita, Susi Air yang dikomandani pilot asing berkepala plontos ini akhirnya mulus take off, kendati ekor pesawat sedikit agak bergoyang karena memang body-nya fleksibel dan ringan.
Dari atas ketinggian kurang lebih 1.000 meter di atas permukaan laut, saat tepat mengabadikan pulau Nunukan yang terlihat bopeng-bopeng, Pulau Sebatik, serta Seimenggaris dengan hamparan perkebunan sawit dan sedikit menyisakan kawasan hutan yang banyak dikonversikan untuk kegiatan perkebunan.
Waktu menunjukkan pukul 10.10 Wita. “Para penumpang terhormat, sebentar lagi kita akan mendarat di bandara perintis Yuvai Semaring di desa Long Bawan (ibu kota Kecamatan Krayan),” begitu kata pilot sembari perlahan menurunkan ketinggian pesawat.
Rasa deg-degan mulai menghantui, karena informasinya Bandara Yuvai berukuran 900 x 23 meter ini landasannya agak mencekung, dan tidak mulus.
Sebelum mendarat, terlihat beberapa gunung dan bukit yang tampak mengelilingi dan menaungi Desa Long Bawan dan beberapa desa lainnya. Gunung tertinggi, warga sekitar menyebutnya Gunung Paris-bukan Parisnya ibukota Perancis, disusul gunung Yuvai Semaring. Dua gunung ini saja sudah tampak indah ditambah jejeran bukit-bukit kecil lainnya. Selain karena hutannya masih terjaga baik, juga awan yang mengitari gunung Paris dan Yuvai membuat suasana di bawah naungannya terlihat lebih teduh.
Suasana pegunungan yang indah itu, sedikit mengobati kekhawatiran ketika pesawat mendarat nanti. Pintu darurat, (kebetulan saya duduk paling belakang dekat pintu masuk) saya pegang kuat-kuat. Teman baru saya seorang anggota KPUD Nunukan tampak tenang-tenang saja, maklum karena menurut pengakuannya sudah sering menyambangi Krayan, bahkan dengan pesawat bermuatan 5 orang yakni Kura-Kura Airvan, meski kali ini tugasnya hanya memastikan kondisi logistik yakni kotak suara eks pemilu presiden.
Tak lama, sedikit goncangan dug, dug, dug…… seperti itu rasanya saat ban pesawat menyentuh landasan, tapi pilot Susi Air memang berpengalaman plus pesawatnya yang cukup canggih, rasa yang tadi dug-dug sekejap hilang.
Kebetulan, saya ditemani Kepala Kementerian Agama Nunukan Drs Imam Mohtar yang juga baru kali pertamanya menginjakkan kaki ke Krayan. Kami disambut Camat Krayan Samuel ST Padan, tampak pula Muspika terlihat sumringah saat menyambut kedatangan rombongan LO dari Konsulat RI yang berkedudukan di Tawau, dengan misi melihat kondisi perbatasan Krayan-Serawak Malaysia.
Saat turun dari pesawat, selain disambut puluhan mata warga setempat, hidung ini terasa lebih segar dari biasanya, udaranya sejuk alami, wangi rerumputan dan tanah begitu terasa. Di sekeliling bandara yang terlihat hanya rimbunan pepohonan di lereng gunung, rumah-rumah warga hampir sama, tak ada yang lebih menjulang dari rumah-rumah lainnya, dan rata-rata semua terbuat dari kayu. Rumah beton hanya bisa dihitung dengan jari.
“Kecamatan ini memang masih sangat terisolir, dikelilingi hutan lebat dan betul-betul sendirian,” gumamku melihat minimnya fasilitas umum seperti listrik, jalan, dan fasilitas lainnya. Berbeda jauh dengan saudaranya Kecamatan Nunukan dan Sebatik.
Warga Krayan memang sangat ramah dan santun, buktinya hampir semua penumpang dari Nunukan mendapat sambutan hangat, salam bersalaman seperti sudah menjadi tradisi. Jika sudah berada di Long Bawan, jangan khawatir bakal tersesat, karena warga setempat dengan senang hati menunjukan arah dan tempat yang ingin dituju. Mau ke lokasi wisata, perbatasan atau sekadar melihat-lihat panorama alam di lembah gunung Paris dan Yuvai Semaring yang semakin sore semakin dingin, airnya pun sejuk seperti es batu.
Jarak antardesa di Kecamatan Krayan juga sangat jauh, dari Long Bawan menuju desa Long Midang membutuhkan waktu kurang lebih 1 jam.
Itu jika cuaca bersahabat, jika hujan, jalanan berkungan dan lumpur bisa setinggi lutut. Karena itu, tak sedikit warga setempat lebih memilih berjalan kaki dari satu kampung menuju kampung lainnya. “Jalan kaki? Kami sudah terbiasa jalan sambil membawa barang-barang bawaan, kayu, buah-buahan dan sebagainya,” kata salah seorang warga yang baru saja kembali dari hutan......

Krayan adalah salah satu dari 15 Kecamatan di Kaltim, yang berbatasan langsung dengan Malaysia.Indonesia sudah merdeka selama 65 Tahun lamanya.tetapi Krayan dan daerah Perbatasan lainnya belum mempunyai akses jalan yang baik .Menurut Kepala Badan Pengelola Kawasan Perbatasan, Pedalaman dan Daerah Tertinggal (BP2DT) KAltim, Adri Patton mengatakan, Infrastruktur jalan adalah hal utama untuk meningkatkan kesejahteraan warga perbatasan. " Jalan dan listrik adalah kunci pembangunan di daerah Perbatasan " tegasnya.


Gubernur KALTIM, Awang Faroek memakai baju adat KRAYAN

Sementara, menanggapi ucapan Kepala adat besar Krayan yang meminta diizinkan bergabung ke Malaysia jika Indonesia tak kunjung memperhatikan kesejahteraan warga perbatasan, Panglima TNI Djoko Santoso mengatakan , hal itu akan menjadi perhatian serius pemerintah.Salah satunya dengan memberikan wawasan kebangsaan kepada warga, " ujarnya tanpa menjelaskan lebih detil perhatian apa yang akan diberikan, termasuk bagi anggota TNI yang bertugas di perbatasan.

Miris gw dengernya Gan?...Daerah yang mempunyai Potensi wisata sangat bagus akhirnya mau bergabung dengan Malaysia. Dan pemerintah akan memberikan perhatian berupa wawasan Kebangsaan . Apakah itu cukup gan?...Warga perbatasan tidak membutuhkan ocehan dan Teori para Pejabat, yang sebenarnya dibutuhkan adalah pembukaan Akses jalan dan Listrik, kalau itu sudah ada , warga perbatasan tak perlu lagi di beri Teori tentang Bela negara, wawasan kebangsaan, dll. Mereka TERBUKTI dari dulu SUDAH MENGATAKAN NKRI HARGA MATI !!!!!!!!!!

Batas wilayah

Batas-batas wilayah kecamatan Krayan adalah sebagai berikut :
Utara Sabah, Malaysia
Selatan Kabupaten Malinau dan kecamatan Krayan Selatan
Barat Sarawak, Malaysia
Timur Kabupaten Malinau

Tidak ada komentar:

Posting Komentar